ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA DAN TANDA BACA DALAM SPANDUK DAN PAPAN NAMA
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA DAN TANDA BACA DALAM SPANDUK DAN PAPAN NAMA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu
dalam menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan
kata sering sekali tidak tepat dalam penggunaannya. Disamping itu
kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam penggunaan bahasa
baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah
tulisannya sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud
mereka tersampaikan. Selain itu ketidak pahaman penggunaan tanda baca,
menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selembaran,
dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan
kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap
tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi
dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata
bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa
Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang
sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku
adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang
ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan
bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang
disempurnakan.
1.2 Rumusan Masalah
Penggunaan kata, dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan
ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Memang seharusnya sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa. Adapun rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: penggunaan kata apa saja,
yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Kata tidak
baku apa saja yang sering sekali masyarakat/pelajar, salah dalam menulis
ataupun mengujarkannya? Tanda baca apa saja, yang banyak ditemukan
kesalahan penempatanya dimasyarakat? Bagaimana cara menempatkan tanda
baca yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan
tata bahasa baku dan tanda baca, oleh masyarakat/pelajar setelah adanya
tahapan pengenalan atas kesalahan, identifikasi, dan klasifikasi
kesalahan-kesalahan tersebut.
2) Semoga dengan tulisan ini, sedikit memberikan
informasi, bagaimana penggunaan bahasa baku dan tanda baca yang sesuai
dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Sehingga
kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada setiap kegiatan
menulis.
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil-hasil analisis ini diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa
Indonesia yang baku/standar. Bagi seorang pelajar menggunakan bahasa
indonesia yang baku dan benar adalah sebuah keharusan. Karena ragam
bahasa baku/standar digunakan dan dipelajari di sekolah/institusi
pendidikan. Yang kesesuaian penggunaannya harus diperhatikan. Selain
itu, hasil analisis ini diharapkan juga dapat memberi sumbangan
pemikiran kepada para guru bahasa Indonesia, agar perencana kegiatan
keterampilan menulis bisa ditingkatkan, sehingga murid-muridnya bisa
menguasai kaidah-kaidah penulisan.
1.5 Metode Penulisan
Analisis penggunaan kata dan tata bahasa baku
pada tulisan ini, dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi.
Sebagai alat bantu digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan
aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, digunakan
juga telepon genggam sebagai alat dokumentasi dari kegiatan observasi.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Ejaan
Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985:31). Dalam
sistem ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa
itu dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan huruf. Susunan sejumlah
huruf dalam suatu bahasa disebut abjad.
Selain pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk
juga 10 ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata
dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan partikel-partikel
dituliskan. ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan
bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik,
koma, titik koma, titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru.
Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dari hasil
persetujuan para pemakai bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun
oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia yang terdiri atas
beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau diresmikan oleh
pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa yang telah ditetapkan
itu. Ejaan yang kita pakai dewasa ini disebu Ejaan yang Disempurnakan
yaitu ejaan yang telah disusun oleh Lembaga Bahasa Nasional (LBN).
2.2 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai
alat penyampai maksud dan perasaan seorang (komunikator) kepada orang
lain (komunikan). Disikapi dari sudut ini, sudah baiklah bahasa
seseorang apabila sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun,
mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam adanya, tidak
selamanya bahasa yang baik itu benar, atau sebaliknya, tidak selamanya
bahasa yang benar itu baik. Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia,
yakni bahasa Indonesia yang baik tidak selalu benar dan bahasa
Indonesia yang benar tidak selalu baik (Sloka, 2006:112). Sedangkan
menurut (Hasan Alwi, 2010:20). Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah
yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang
benar.
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan
kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk
ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.
2.3 Kesalahan Berbahasa
Ada dua pandangan yang bertolak belakang
mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan dari sudut guru dan
pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu
aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang
dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil
atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar
pengajaran bahasa berhasil.
Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan
berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa.
Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan
menata lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.
Lalu akan timbul apa yang dimaksud kesalahan
berbahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut Djago Tarigan
(1997:29) dapat dilihat dengan berpedoman pada semboyan “Pakailah bahasa
Indonesia yang baik dan benar”. Dalam semboyan itu, ada dua ukuran yang
dapat dijadikan dasar.
Ukuran pertama berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam
berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu ialah:
siapa berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa
(tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan
suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan), media apa (tatap muka,
telepon, surat, buku, koran, dsbnya), dan dalam peristiwa apa
(bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan
cinta dan sebagainya).
Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahasaan yang dikenal dengan istilah tatabahasa.
Dengan demikian bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor
penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya.
Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktror-faktor penentu
berkomunikasi bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang
menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula bukan bahasa Indonesia yang
benar.
Menurut Tarigan (1997), kesalahan berbahasa
dianggap sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Langkah kerja
analisis kesalahan berbahasa menurut Ellis dan Sridhar (dalam Tarigan,
1998) dapat dilakuan melalui lima langkah.
- Mengumpulkan data
- Mengidentifikasikan kesalahan
- mengklasifikasikan kesalahan
- menjelaskan frekuensi kesalahan
- mengoreksi kesalahan.
Secara lebih detail, metode analisis kesalahan berbahasa itu
dilakukan dengan mengumpulkan sampel kesalahan yang diperbuat siswa baik
dalam karangan atau bentuk lainnya secara cermat dan detail. Kesalahan
berbahasa yang sudah terkumpul ini dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut: Pertama, mengklasifikasikan kesalahan berbahasa itu
berdasarkan tataran kebahasaan misalnya kesalahan bidang fonologi,
morfologi, sintaksis, wacana atau semantik. Kedua mengurutkan kesalahan
itu berdasarkan frekuensinya. Ketiga, menggambarkan letak kesalahan dan
memperkirakan penyebab kesalahan. Keempat, memperkirakan atau
memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan kesalahan. Kelima,
mengoreksi kesalahan atau memperbaiki kesalahan.
BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Pembahasan
Menjawab pertanyaan dari rumusan masalah di atas yaitu penggunaan
kata apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya
dimasyarakat? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya juga akan dibahas dari
bab tiga ini.
3.1.1 Penulisan Kata “di “
Penulis spanduk iklan pada gambar diatas pasti tidak tahu ada dua macam “di” dalam kalimat. “di” yang pertama menunjukkan tempat, yang harus dituliskan terpisah dari kata yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua merupakan sebuah awalan untuk sebuah kata kerja pasif, yang harus digabungkan pada kata yang diawalinya.
Jadi kata depan “di” yang ada digambar itu harus digabung menjadi “Dijual” karena kata “jual” merupakan kata kerja. bilamana digabungkan dengan kata depan “di” maka kata “jual” itu menjadi kata kerja pasif.
3.1.2 Penggunaan kata depan “di”, “ke”, dan“dari”
Kata depan “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti “kepada” dan “daripada”.
Contoh yang dipisah:
a) Kain itu terletak di dalam lemari.
b) Ke mana saja ia selama ini?
c) Ia datang dari surabaya kemarin.
Contoh yang digabung:
a) Surat perintah itu dikeluarkan di Bogor pada tanggal 11 maret 1996.
b) Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
c) Amin lebih tua daripada Ahmad.
3.1.3 Awalan “di-/ke-” dan kata depan “di/ke”
Untuk menunjukan preposisi:
No | Benar | Salah | No | Benar | Salah |
1 | di antara | diantara | 19 | di sekitar | disekitar |
2 | di atas | diatas | 20 | di seluruh | diseluruh |
3 | di bawah | dibawah | 21 | di sini | disini |
4 | di belakang | dibelakang | 22 | di situ | disitu |
5 | di dalam | didalam | 23 | di sisi | disisi |
6 | di depan | didepan | 24 | di tanah | ditanah |
7 | di kanan | dikanan | 25 | di tepi | ditepi |
8 | di kiri | dikiri | 26 | di tengah | ditengah |
9 | di hadapan | dihadapan | 27 | di tengah-tengah | ditengah-tengah |
10 | di mana | dimana | 28 | di tiap-tiap | ditiap-tiap |
11 | di muka | dimuka | 29 | ke atas | keatas |
12 | di pusat | dipusat | 30 | ke bawah | kebawah |
13 | di rumah | dirumah | 31 | ke belakang | kebelakang |
14 | di samping | disamping | 32 | ke depan | kedepan |
15 | di sana | disana | 33 | ke kanan | kekanan |
16 | di sebelah | disebelah | 34 | ke kiri | kekiri |
17 | di seberang | diseberang | 35 | ke mana | kemana |
18 | di sekeliling | disekeliling | 36 | ke sana | kesana |
Kata depan “di” akan memiliki arti berbeda jika ditulis
terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi
sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Berikut
beberapa contohnya:
- Dilanggar = bertubrukan
- Di langgar = tempat mengaji atau solat.
- Dibalik = bentuk pasif dari membalik
- Di balik = dibagian sebaliknya
- Dikarantina = bentuk pasif dari mengkarantina
- Di karantina = di (tempat) karantina
- Disalib = bentuk pasif dari menyalib
- Di salib = di (atas) salib
3.1.4 Kata “si” dan “sang”
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya:
a) Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
b) Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
3.1.5 Kata Ganti “ku”,”kau”, “mu”, dan “nya”
Kata ganti “ku” dan “kau” ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; “ku”, “mu”, dan “nya” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
a) Apa yang kumiliki boleh kauambil
b) Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustkaan.
3.1.6 Partikel
1) Partikel “–lah”, “-kah”, dan “–tah” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya:
a) Bacalah buku itu baik-baik.
b) Apakah semuanya baik-baik saja?
c) Apatah gunanya harta benda bertumpuk jika jiwa kita menderita?
2) Partikel “pun” kadang dipisah kadang disambung. Jika partikel pun yang berpadanan dengan kata ‘saja’/’juga’, maka penulisannya dipisah (kabar pun, saya pun). Bentuk ‘pun’ yang sudah dianggap padu harus ditulis serangkai. Berikut contoh partikel “pun” yang ditulis terpisah dan digabung.
Contoh yang dipisah:
a) Jika ayah pergi, saya pun ingin pergi.
b) Jangankan bertemu, memberi kabar pun tidak pernah.
Contoh daftar partikel “pun” yang digabung:
Benar | Salah |
Adapun | Ada pun |
Andaipun | Andai pun |
Apapun | Apa pun |
Ataupun | Atau pun |
Bagaimanapun | Bagaimana pun |
Biarpun | Biar pun |
Itupun | Itu pun |
Kalaupun | Kalau pun |
Kendatipun | Kendati pun |
Manapun | Mana pun |
Maupun | Mau pun |
Meskipun | Meski pun |
Siapapun | Siapa pun |
Sungguhpun | Sungguh pun |
Walaupun | Walau pun |
3.1.7 Penggunaan Kata Penghubung “tetapi”,”akan tetapi”, dan “namun”
Perhatikan dengan seksama kalimat berikut ini!
- Banyak wanita cantik. Tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva.
- Wajah Tamara agak pucat, namun dia tetap tampil dengan senyuman.
Pemakaian kata penghubung “tetapi” dan “namun” pada
kalimat-kalimat di atas secara baku tidak tepat. Memang, bahasa dalam
media massa kadang-kadang kurang memperhatikan kaidah tata bahasa yang
baku.
Penggunaan kata penghubung yang benar adalah sebagai berikut:
- Banyak wanita cantik, tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva.
- Banyak wanita cantik. Akan tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva.
- Wajah Tamara agak pucat. Namun dia tetap tampil dengan senyuman.
Kata penghubung “tetapi” merupakan kata penghubung intrakalimat. Kata penghubung “akan tetapi” dan “namun” merupakan kata penghubung antarkalimat.
3.1.8 Penggunaan Kata Penghubung “ialah”, dan ” yaitu”
Kata “ialah” digunakan
sebagai kata penghubung di antara dua penggal kalimat yang menegaskan
perincian atau penjelasan atas penggal yang pertama itu. Contohnya:
- Yang perlu dikerjakan sekarang ialah membawa korban ke rumah sakit.
Kata “yaitu” digunakan sebagai kata penghubung yang digunakan untuk memerinci keterangan kalimat. Contohnya:
- Yang pergi tahun ini dua orang, yaitu dia dan saya.
3.2.1 Kata baku dan Tidak baku
Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sedangkan Kata
Tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan.
Kita selaku warga Negara yang baik hendaknya
selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan
benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata
bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur
etika berbahasa secara tertulis, sehingga diharapkan informasi tersebut
dapat disampaikan dan dipahami secara tepat. Dalam praktiknya diharapkan
aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat, sehingga
proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan
benar.
Akan tetapi, melihat dari kenyataan banyak sekali tulisan-tulisan
yang tidak baku terpampang di papan nama, spanduk, bahkan di
koran-koran. Hal itu membuktikan bahwa mayarakat masih belum menggunakan
kaidah atau rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik. Berikut
salah satu sampel bukti ketidak sesuaian dalam penggunaan bahasa baku.
Kata “apotik” yang dilingkari di atas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata tersebut ditulis “apotek” yang merupakan kata bakunya. Perlu diingat dari kata tersebut “apotek-apoteker”. Dan bukan “apotik-apotiker”.
Kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
ke-3 menerangkan bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan
besar. Oleh karena itu kata “bis” yang ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi kata “bus” yang merupakan kata bakunya.
Kata “praktek” dan “jam” pada gambar di atas merupakan kata yang tidak baku. Kata “praktek” seharusnya ditulis “praktik” dan perlu diingat dari kata tersebut. “praktik-praktikum” dan bukan “praktek-pratekum” dan kata “jam” menunjukan jangka waktu.
Misalnya: Nana menyelesaikan lomba dalam waktu 1.05.30.
Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukan waktu. Seharusnya kata “jam” diganti menjadi kata “pukul” yang merupakan menunjukan waktu. Jadi kata “jam” di atas kurang tepat penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”.
Itulah beberapa sampel kata tidak baku yang banyak ditemukan di
masyarakat dan berikut daftar sebagian kata baku yang disusun
menggunakan tabel khusus.
No | Kata Baku | Kata Tidak Baku | No | Kata Baku | kata tidak baku | |||||
1 | aktif | aktip, active | 69 | negeri | negri | |||||
2 | aktivitas | aktifitas | 70 | nikmat | ni’mat | |||||
3 | alquran | al-quran | 71 | november | nopember | |||||
4 | analisis | analisa | 72 | objek | obyek | |||||
5 | apotek | apotik | 73 | objektif | obyektif | |||||
6 | asa | azas | 74 | olahraga | olah raga | |||||
7 | asasi | azasi | 75 | orang tua | orangtua | |||||
8 | atlet | atlit | 76 | paham | faham | |||||
9 | atmosfer | atmosfir | 77 | pasif | pasip, pasive, fasip | |||||
10 | azan | adzan | 78 | penasihat | penasehat | |||||
11 | bus | bis | 79 | pelepasan | penglepasan | |||||
12 | besok | esok | 80 | persen | prosen | |||||
13 | cabai | cabe, cabay | 81 | penglihatan | pelihatan | |||||
14 | daftar | daptar | 82 | permukiman | pemukiman | |||||
15 | dekret | dekrit | 83 | petai | pete, petay | |||||
16 | detail | detil | 84 | pikir | fikir | |||||
17 | diagnosis | diagnose | 85 | praktik | praktek | |||||
18 | doa | do’a | 86 | prancis | perancis | |||||
19 | efektif | efektip, efektive | 87 | proklamasi | ploklamir | |||||
20 | efektivitas | efektifitas | 88 | provinsi | propinsi, profinsi | |||||
21 | ekstrem | ekstrim, extrim | 89 | proyek | projek, project | |||||
22 | elite | elit | 90 | putra | putera | |||||
23 | email, imel | 91 | putri | puteri | ||||||
24 | februari | pebruari, february | 92 | rakaat | raka’at | |||||
25 | frekuensi | prekuensi | 93 | realitas | realita | |||||
26 | foto | photo | 94 | rezim | rejim | |||||
27 | fotokopi | foto copy, | 95 | risiko | resiko | |||||
28 | geladi | gledi | 96 | rizki | rezeki, rejeki | |||||
29 | hakikat | hakekat | 97 | rubuh | roboh | |||||
30 | hierarki | hirarki | 98 | saksama | seksama | |||||
31 | hipotesis | hipotesa | 99 | samudra | samudera | |||||
32 | ibu kota | ibukota | 100 | saraf | syaraf, sarap | |||||
33 | ijazah | ijasah, izajah | 101 | sekretaris | sekertaris | |||||
34 | imbau | himbau | 102 | sekuriti | sekuritas | |||||
35 | indera | indra | 103 | segitiga | segi tiga | |||||
36 | istri | isteri | 104 | selebritas | selebriti | |||||
37 | izin | ijin | 105 | sepak bola | sepakbola | |||||
38 | jadwal | jadual | 106 | silakan | silahkan | |||||
39 | jumat | jum’at | 107 | sintesis | sintesa | |||||
40 | kanker | kangker | 108 | sistem | sistim, system | |||||
41 | karena | karna | 109 | standar | standard | |||||
42 | karier | karir | 110 | standardisasi | standarisasi | |||||
43 | karisma | kharisma | 111 | stroberi | strawberi, strawbery | |||||
44 | kategori | katagori | 112 | subjek | subyek | |||||
45 | khotbah | khutbah | 113 | sumatera | sumatra | |||||
46 | komoditi | komoditas | 114 | surga | syurga, sorga | |||||
47 | komplet | komplit, kumplit | 115 | takwa | taqwa | |||||
48 | konkret | kongkret, konkrit, kongkrit | 116 | tahta | takhta | |||||
49 | kosa kata | kosakata | 117 | tanda tangan | tandatangan | |||||
50 | kreatif | kreatip, creative | 118 | taoge | toge | |||||
51 | kreativitas | kreatifitas | 119 | teknik | tehnik, tekhnik | |||||
52 | kredit | kridit | 120 | teknologi | tehnologi, | |||||
53 | kualitas | kwalitas, kwalitet | 121 | teladan | tauladan | |||||
54 | kuantitas | kwantitas | 122 | telepon | telpon, telefon, | |||||
55 | kuitansi | kwitansi | 123 | telur | telor | |||||
56 | kuota | kwota | 124 | teoretis | teoritis | |||||
57 | lembap | lembab | 125 | terampil | trampil | |||||
58 | lubang | lobang | 126 | tobat | taubat | |||||
59 | makhluk | mahluk | 127 | ubah | rubah, robah | |||||
60 | masyhur | mashur | 128 | ustaz | ustadz, ustad | |||||
61 | mazhab | mahzab | 129 | ustazah | ustadzah | |||||
62 | metode | metoda | 130 | utang | hutang | |||||
63 | mukjizat | mujizat | 131 | wali kota | walikota | |||||
64 | mungkir | pungkir | 132 | yogyakarta | jogjakarta | |||||
65 | napas | nafas | 133 | zaman | jaman | |||||
67 | nasihat | nasehat | 134 | zikir | jikir, dzikir | |||||
68 | negatif | negatip, negative | 135 | zuhur | dzuhur, duhur | |||||
3.3.1 Pemakaian Tanda Baca
3.3.1.1 Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
- Ayahku tinggal di Solo.
- Biarlah mereka duduk di sana.
- Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. Misalnya:
- Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
- Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
- Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
a Saputra S. Ibrahim
b George W. Bush
Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contohnya: Kania Sutisna Winata
Tanda titik yang dilingkari warna biru di atas, dalam penempatannya
tidak tepat. Seharusnya tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama.
Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan setelah huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Ny. Arjanti S.”
3. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. …
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
dalam deretan angka atau huruf.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut:
(1)Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
a pukul 9.00 pagi
b pukul 11.00 siang
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
a pukul 00.45
b pukul 07.30
c pukul 22.00
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
a 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
b 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
c 0.0.30 jam (30 detik)
6. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
- Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
- Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
- Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
a Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
b Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
c Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
a Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
b Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat
penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang
tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan decimal.
Misalnya:
Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m
Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya
Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut:
Rp50.000 Rp60.000
3.3.1.2 Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada
alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
a No. 7/PK/2008
b Jalan Kramat III/10
c tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata “atau”, “tiap”, dan “ataupun.”
Misalnya:
- dikirimkan lewat darat/laut à ‘dikirimkan lewat darat atau lewat. laut’
- harganya Rp1.500,00/lembar. à ‘harganya Rp1.500,00 tiap lembar’
- tindakan penipuan dan/atau penganiayaan.à ‘tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, ataupun tindakan penganiayaan’
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi
penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya.
Akan tetapi bila kita lihat lagi dengan saksama tanda garis miring yang
diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai spasi, seharusnya baik
kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum tanda garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut usulan perbaikan: “cash/kredit” disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah kata bahasa Indonesia.
3.3.1.3 Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
a Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
b Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
- Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya:
a Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
b Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
a Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
b Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:
a Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
b Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan
kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya:
- Kemarin kakak saya membeli:
1) buku,
2) pensil, dan tas sekolah.
Samahalnya dengan tanda garis miring, tanda kurung pun bila mengapit
suatu kata. Menempatkannya tidak memakai spasi baik diawal sebelum kata,
maupun sesudah kata yang diapit. Dari gambar di atas, jelas tanda
kurung yang mengapit kata “siang-siang” di atas itu, tidak tepat. Sebaiknya tanda kurung itu tidak menggunakan spasi baik sebelum kata “siang” maupun sesudah kata “siang” yang diapitnya. Misalnya: (siang-siang)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga
negara Indonesia mempunyai sikap positif terhadap bahasa yang mereka
gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik tulisan
maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang
digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap
seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia
selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur,
bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah
seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita
sebagai bangsa Indonesia.
4.2 Saran
Penggunan bahasa baku memang seharusnya kita
terapkan, mengingat bahasa baku adalah bahasa Indonesia yang benar.
Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah penulisan.
Untuk itu sabaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati
tersebut. Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis.
Ada baiknya pembaca memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah-satunya
yaitu penggunaan kata yang baku dan penggunaan EYD. Agar tulisannya
sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati penggunaan kata dan
tanda bacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bekasi Jawa Barat: Laskar Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008
https://bahasakublog.wordpress.com/2012/09/10/analisis-kesalahan-penggunaan-kata-dan-tanda-baca-dalam-spanduk-dan-papan-nama-di-wilayah-tajur-bogor/
Komentar