ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA DAN TANDA BACA DALAM SPANDUK DAN PAPAN NAMA

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA DAN TANDA BACA DALAM SPANDUK DAN PAPAN NAMA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali tidak tepat dalam penggunaannya. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam penggunaan bahasa baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah tulisannya sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud mereka tersampaikan. Selain itu ketidak pahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di spanduk, papan nama, selembaran, dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata, dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
1.2 Rumusan Masalah
Penggunaan kata, dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa  Indonesia yang disempurnakan. Memang seharusnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa. Adapun  rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: penggunaan kata apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Kata tidak baku apa saja yang sering sekali masyarakat/pelajar, salah dalam menulis ataupun mengujarkannya? Tanda baca apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penempatanya dimasyarakat? Bagaimana cara menempatkan tanda baca yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)                  Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan tata bahasa baku dan tanda baca, oleh masyarakat/pelajar setelah adanya tahapan pengenalan atas kesalahan, identifikasi, dan klasifikasi kesalahan-kesalahan tersebut.
2)                  Semoga dengan tulisan ini, sedikit memberikan informasi, bagaimana penggunaan bahasa baku dan tanda baca yang sesuai dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Sehingga kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada setiap kegiatan menulis.

1.4 Manfaat Penulisan
Hasil-hasil analisis ini diharapkan dapat membantu pembelajar bahasa Indonesia yang baku/standar. Bagi seorang pelajar menggunakan bahasa indonesia yang baku dan benar adalah sebuah keharusan. Karena ragam bahasa baku/standar digunakan dan dipelajari di sekolah/institusi pendidikan. Yang kesesuaian penggunaannya harus diperhatikan. Selain itu, hasil  analisis ini diharapkan juga dapat memberi sumbangan pemikiran kepada para guru bahasa Indonesia, agar perencana kegiatan keterampilan menulis bisa ditingkatkan, sehingga murid-muridnya bisa menguasai kaidah-kaidah penulisan.

1.5 Metode Penulisan
      Analisis penggunaan kata dan tata bahasa baku pada tulisan ini, dilakukan dengan analisis pustaka dan observasi. Sebagai alat bantu digunakan kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia, yaitu Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Selain itu, digunakan juga telepon genggam sebagai alat dokumentasi dari kegiatan observasi.

BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Ejaan
Ejaan ialah pelambangan fonem dengan huruf (Badudu, 1985:31). Dalam sistem ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonem-fonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu dinamakan huruf. Susunan sejumlah huruf dalam suatu bahasa disebut abjad.
Selain pelambangan fonem dengan huruf, dalam sistem ejaan termasuk juga 10 ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, kata berimbuhan dan partikel-partikel dituliskan. ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip, tanda tanya, tanda seru.
Ejaan didasarkan pada konvensi semata-mata, jadi lahir dari hasil persetujuan para pemakai bahasa yang bersangkutan. Ejaan itu disusun oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau diresmikan oleh pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang kita pakai dewasa ini disebu Ejaan yang Disempurnakan yaitu ejaan yang telah disusun oleh Lembaga Bahasa Nasional (LBN).
2.2 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Peranan bahasa yang utama adalah sebagai sarana komunikasi, sebagai alat penyampai maksud dan perasaan seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Disikapi dari sudut ini, sudah baiklah bahasa seseorang apabila sudah mampu mengemban amanat tersebut. Namun, mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam adanya, tidak selamanya bahasa yang baik itu benar, atau sebaliknya, tidak selamanya bahasa yang benar itu baik. Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, yakni bahasa Indonesia yang baik tidak selalu benar dan bahasa Indonesia yang benar tidak selalu baik (Sloka, 2006:112). Sedangkan menurut (Hasan Alwi, 2010:20). Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar.
Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman.
2.3 Kesalahan Berbahasa
        Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa. Yakni pandangan dari sudut guru dan pandangn dari sudut siswa . Dari sudut guru, kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak berhasil atau gagal. Karena itu kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar pengajaran bahasa berhasil.
      Sementara dari sudut pandang siswa kesalahan berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna komponen proses belajar-mengajar bahasa.
      Lalu akan timbul apa yang dimaksud kesalahan berbahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut Djago Tarigan (1997:29) dapat dilihat dengan berpedoman pada semboyan “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan benar”. Dalam semboyan itu, ada dua ukuran yang dapat dijadikan dasar.
Ukuran pertama berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu ialah: siapa berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan), media apa (tatap muka, telepon, surat, buku, koran, dsbnya), dan dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta dan sebagainya).
      Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahasaan yang dikenal dengan istilah tatabahasa.
       Dengan demikian bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan kebahasaannya. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktror-faktor penentu berkomunikasi bukanlah bahasa Indonesia yang baik. Bahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah bahasa jelas pula bukan bahasa Indonesia yang benar.
       Menurut Tarigan (1997), kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses belajar mengajar. Langkah kerja analisis kesalahan berbahasa menurut Ellis dan Sridhar (dalam Tarigan, 1998) dapat dilakuan melalui lima langkah.
  1. Mengumpulkan data
  2. Mengidentifikasikan kesalahan
  3. mengklasifikasikan kesalahan
  4. menjelaskan frekuensi kesalahan
  5. mengoreksi kesalahan.
Secara lebih detail, metode analisis kesalahan berbahasa itu dilakukan dengan mengumpulkan sampel kesalahan yang diperbuat siswa baik dalam karangan atau bentuk lainnya secara cermat dan detail. Kesalahan berbahasa yang sudah terkumpul ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, mengklasifikasikan kesalahan berbahasa itu berdasarkan tataran kebahasaan misalnya kesalahan bidang fonologi, morfologi, sintaksis, wacana atau semantik. Kedua mengurutkan kesalahan itu berdasarkan frekuensinya. Ketiga, menggambarkan letak kesalahan dan memperkirakan penyebab kesalahan. Keempat, memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan kesalahan. Kelima, mengoreksi kesalahan atau memperbaiki kesalahan.


BAB III
HASIL ANALISIS
3.1 Pembahasan
Menjawab pertanyaan dari rumusan masalah di atas yaitu penggunaan kata apa saja, yang banyak ditemukan kesalahan penulisannya dimasyarakat? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya juga akan dibahas  dari bab tiga ini.
3.1.1 Penulisan Kata “di “
Penulis spanduk iklan pada gambar diatas pasti tidak tahu ada dua macam “di” dalam kalimat. “di” yang pertama menunjukkan tempat, yang harus dituliskan terpisah dari kata yang menunjukkan tempat. “di” yang kedua merupakan sebuah awalan untuk sebuah kata kerja pasif, yang harus digabungkan pada kata yang diawalinya.
Jadi kata depan “di” yang ada digambar itu harus digabung menjadi “Dijual” karena kata “jual” merupakan kata kerja. bilamana digabungkan dengan kata depan “di” maka kata “jual” itu menjadi kata kerja pasif.
3.1.2 Penggunaan kata depan  “di”, “ke”, dan“dari”
Kata depan “di”, “ke”, dan “dari” ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti “kepada” dan “daripada”.
Contoh yang dipisah:
a)      Kain itu terletak di dalam lemari.
b)      Ke mana saja ia selama ini?
c)      Ia datang dari surabaya kemarin.
Contoh yang digabung:
a)      Surat perintah itu dikeluarkan di Bogor pada tanggal 11 maret 1996.
b)      Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
c)      Amin lebih tua daripada Ahmad.
3.1.3 Awalan “di-/ke-” dan kata depan “di/ke”
Untuk menunjukan preposisi:
No Benar Salah No Benar Salah
1 di antara diantara 19 di sekitar disekitar
2 di atas diatas 20 di seluruh diseluruh
3 di bawah dibawah 21 di sini disini
4 di belakang dibelakang 22 di situ disitu
5 di dalam didalam 23 di sisi disisi
6 di depan didepan 24 di tanah ditanah
7 di kanan dikanan 25 di tepi ditepi
8 di kiri dikiri 26 di tengah ditengah
9 di hadapan dihadapan 27 di tengah-tengah ditengah-tengah
10 di mana dimana 28 di tiap-tiap ditiap-tiap
11 di muka dimuka 29 ke atas keatas
12 di pusat dipusat 30 ke bawah kebawah
13 di rumah dirumah 31 ke belakang kebelakang
14 di samping disamping 32 ke depan kedepan
15 di sana disana 33 ke kanan kekanan
16 di sebelah disebelah 34 ke kiri kekiri
17 di seberang diseberang 35 ke mana kemana
18 di sekeliling disekeliling 36 ke sana kesana
Kata depan “di” akan memiliki arti berbeda jika ditulis terpisah. Kata-kata ini khusus untuk kata dasar yang dapat berfungsi sebagai kata benda (petunjuk tempat) sekaligus kata kerja. Berikut beberapa contohnya:
  1. Dilanggar     =  bertubrukan
  2. Di langgar    =  tempat mengaji atau solat.
  3. Dibalik         = bentuk pasif dari membalik
  4. Di balik        = dibagian sebaliknya
  5. Dikarantina  = bentuk pasif dari mengkarantina
  6. Di karantina = di (tempat) karantina
  7. Disalib                      = bentuk pasif dari menyalib
  8. Di salib         = di (atas) salib

3.1.4 Kata “si” dan “sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contohnya:
a)      Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
b)      Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
3.1.5 Kata Ganti “ku”,”kau”, “mu”, dan “nya”
        Kata ganti “ku” dan “kau” ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; “ku”, “mu”, dan “nya” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contohnya:
a)      Apa yang kumiliki boleh kauambil
b)      Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustkaan.
3.1.6 Partikel
1)      Partikel “–lah”, “-kah”, dan “–tah” ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya:
a)      Bacalah buku itu baik-baik.
b)      Apakah semuanya baik-baik saja?
c)      Apatah gunanya harta benda bertumpuk jika jiwa kita menderita?
2)      Partikel “pun” kadang dipisah kadang disambung. Jika partikel pun yang berpadanan dengan kata ‘saja’/’juga’, maka penulisannya dipisah (kabar pun, saya pun). Bentuk ‘pun’ yang sudah dianggap padu harus ditulis serangkai. Berikut contoh partikel “pun” yang ditulis terpisah dan digabung.
Contoh yang dipisah:
a)      Jika ayah pergi, saya pun ingin pergi.
b)      Jangankan bertemu, memberi kabar pun tidak pernah.
Contoh daftar partikel “pun” yang digabung:
Benar Salah
Adapun Ada pun
Andaipun Andai pun
Apapun Apa pun
Ataupun Atau pun
Bagaimanapun Bagaimana pun
Biarpun Biar pun
Itupun Itu pun
Kalaupun Kalau pun
Kendatipun Kendati pun
Manapun Mana pun
Maupun Mau pun
Meskipun Meski pun
Siapapun Siapa pun
Sungguhpun Sungguh pun
Walaupun Walau pun
3.1.7 Penggunaan Kata Penghubung “tetapi”,”akan tetapi”, dan “namun”
Perhatikan dengan seksama kalimat berikut ini!
  1. Banyak wanita cantik. Tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva.
  2. Wajah Tamara agak pucat, namun dia tetap tampil dengan senyuman.
Pemakaian kata penghubung “tetapi” dan “namun” pada kalimat-kalimat di atas secara baku tidak tepat. Memang, bahasa dalam media massa kadang-kadang kurang memperhatikan kaidah tata bahasa yang baku.
Penggunaan kata penghubung yang benar adalah sebagai berikut:
  1. Banyak wanita cantik, tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva.
  2. Banyak wanita cantik. Akan tetapi tidak banyak yang menjadi seorang diva.
  3. Wajah Tamara agak pucat. Namun dia tetap tampil dengan senyuman.
Kata penghubung “tetapi” merupakan kata penghubung intrakalimat. Kata penghubung “akan tetapi” dan “namun” merupakan kata penghubung antarkalimat.
3.1.8 Penggunaan Kata Penghubung “ialah”, dan ” yaitu”
       Kata “ialah” digunakan sebagai kata penghubung di antara dua penggal kalimat yang menegaskan perincian atau penjelasan atas penggal yang pertama itu. Contohnya:
  • Yang perlu dikerjakan sekarang ialah membawa korban ke rumah sakit.
Kata “yaitu” digunakan sebagai kata penghubung yang digunakan untuk memerinci keterangan kalimat. Contohnya:
  • Yang pergi tahun ini dua orang, yaitu dia dan saya.
3.2.1 Kata baku dan Tidak baku
      Kata Baku adalah kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sedangkan Kata Tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan.
      Kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis, sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara tepat. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat, sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
Akan tetapi, melihat dari kenyataan banyak sekali tulisan-tulisan yang tidak baku terpampang di papan nama, spanduk, bahkan di koran-koran. Hal itu membuktikan bahwa mayarakat masih belum menggunakan kaidah atau rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik. Berikut salah satu sampel bukti ketidak sesuaian dalam penggunaan bahasa baku.
      
      Kata “apotik” yang dilingkari di atas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata tersebut ditulis “apotek” yang merupakan kata bakunya. Perlu diingat dari kata tersebut “apotek-apoteker”. Dan bukan “apotik-apotiker”.
Kata “bis” yang ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 menerangkan bahwa, kata tersebut tidak mengartikan sebuah kendaraan besar. Oleh karena itu kata “bis” yang ada pada gambar diatas adalah kata yang tidak baku. Seharusnya kata “bis” itu diganti menjadi kata “bus” yang merupakan kata bakunya.
Kata “praktek” dan “jam” pada gambar di atas merupakan kata yang tidak baku. Kata “praktek” seharusnya ditulis “praktik” dan perlu diingat dari kata tersebut. “praktik-praktikum” dan bukan “praktek-pratekum” dan kata “jam” menunjukan jangka waktu.
Misalnya: Nana menyelesaikan lomba dalam waktu 1.05.30.
Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukan waktu. Seharusnya kata “jam” diganti menjadi kata “pukul” yang merupakan menunjukan waktu. Jadi kata “jam” di atas kurang tepat penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”.
Itulah beberapa sampel kata tidak baku yang banyak ditemukan di masyarakat dan berikut daftar sebagian kata baku yang disusun menggunakan tabel khusus.
No Kata Baku Kata Tidak Baku No Kata Baku kata tidak baku
1 aktif aktip, active 69 negeri negri


2 aktivitas aktifitas 70 nikmat ni’mat

3 alquran al-quran 71 november nopember

4 analisis analisa 72 objek obyek

5 apotek apotik 73 objektif obyektif

6 asa azas 74 olahraga olah raga
7 asasi azasi 75 orang tua orangtua
8 atlet atlit 76 paham faham
9 atmosfer atmosfir 77 pasif pasip, pasive, fasip
10 azan adzan 78 penasihat penasehat
11 bus bis 79 pelepasan penglepasan
12 besok esok 80 persen prosen
13 cabai cabe, cabay 81 penglihatan pelihatan
14 daftar daptar 82 permukiman pemukiman
15 dekret dekrit 83 petai pete, petay
16 detail detil 84 pikir fikir
17 diagnosis diagnose 85 praktik praktek
18 doa do’a 86 prancis perancis
19 efektif efektip, efektive 87 proklamasi ploklamir
20 efektivitas efektifitas 88 provinsi propinsi, profinsi
21 ekstrem ekstrim, extrim 89 proyek projek, project
22 elite elit 90 putra putera
23 e-mail email, imel 91 putri puteri
24 februari pebruari, february 92 rakaat raka’at
25 frekuensi prekuensi 93 realitas realita
26 foto photo 94 rezim rejim
27 fotokopi foto copy, 95 risiko resiko
28 geladi gledi 96 rizki rezeki, rejeki
29 hakikat hakekat 97 rubuh roboh
30 hierarki hirarki 98 saksama seksama
31 hipotesis hipotesa 99 samudra samudera
32 ibu kota ibukota 100 saraf syaraf, sarap
33 ijazah ijasah, izajah 101 sekretaris sekertaris
34 imbau himbau 102 sekuriti sekuritas
35 indera indra 103 segitiga segi tiga
36 istri isteri 104 selebritas selebriti
37 izin ijin 105 sepak bola sepakbola
38 jadwal jadual 106 silakan silahkan
39 jumat jum’at 107 sintesis sintesa
40 kanker kangker 108 sistem sistim, system
41 karena karna 109 standar standard
42 karier karir 110 standardisasi standarisasi
43 karisma kharisma 111 stroberi strawberi, strawbery
44 kategori katagori 112 subjek subyek
45 khotbah khutbah 113 sumatera sumatra
46 komoditi komoditas 114 surga syurga, sorga
47 komplet komplit, kumplit 115 takwa taqwa
48 konkret kongkret, konkrit, kongkrit 116 tahta takhta
49 kosa kata kosakata 117 tanda tangan tandatangan
50 kreatif kreatip, creative 118 taoge toge
51 kreativitas kreatifitas 119 teknik tehnik, tekhnik
52 kredit kridit 120 teknologi tehnologi,
53 kualitas kwalitas, kwalitet 121 teladan tauladan
54 kuantitas kwantitas 122 telepon telpon, telefon,
55 kuitansi kwitansi 123 telur telor
56 kuota kwota 124 teoretis teoritis
57 lembap lembab 125 terampil trampil
58 lubang lobang 126 tobat taubat
59 makhluk mahluk 127 ubah rubah, robah
60 masyhur mashur 128 ustaz ustadz, ustad
61 mazhab mahzab 129 ustazah ustadzah
62 metode metoda 130 utang hutang
63 mukjizat mujizat 131 wali kota walikota
64 mungkir pungkir 132 yogyakarta jogjakarta
65 napas nafas 133 zaman jaman
67 nasihat nasehat 134 zikir jikir, dzikir
68 negatif negatip, negative 135 zuhur dzuhur, duhur












3.3.1 Pemakaian Tanda Baca
3.3.1.1 Tanda Titik (.)
1.  Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
  1. Ayahku tinggal di Solo.
  2. Biarlah mereka duduk di sana.
  3. Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan: Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah                    bertanda titik. Misalnya:
  1. Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
  2. Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
  3. Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”
2.  Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
a         Saputra S. Ibrahim
b        George W. Bush
Tetapi apabila nama ditulis itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Contohnya: Kania Sutisna Winata
Tanda titik yang dilingkari warna biru di atas, dalam penempatannya tidak tepat. Seharusnya tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama. Jadi tanda titik di atas seharusnya ditempatkan setelah huruf “s” yang merupakan singkatan nama. Berikut perbaikannya: “Ny. Arjanti S.”
3.  Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau      daftar.
Misalnya:
a.     III.       Departemen Pendidikan Nasional
A.        Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B.        Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1.         Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2.         …
b.     1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang   menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan: Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut:
(1)Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:
a         pukul 9.00 pagi
b        pukul 11.00 siang
(2)   Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:
a         pukul 00.45
b        pukul 07.30
c         pukul 22.00
5.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
a         1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
b        0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
c         0.0.30 jam (30 detik)
6. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang
tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
7. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
  1. Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
  2. Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
  3. Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:
(1)   Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
a         Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
b        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
c         Nomor gironya 5645678.
(2)   Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
a         Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
b        Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
(3)   Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4)   Tanda titik dipakai untuk pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan decimal.
Misalnya:
Rp200.250,75       $ 50,000.50
8.750 m                   8,750 m
Jadi pada gambar diatas penggunaan tanda titik salah. Seharusnya Pemisahan   bilangan ribuan atau kelipatannya dilakukan sebagai berikut: Rp50.000    Rp60.000

3.3.1.2 Tanda Garis Miring
1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan   penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
a         No. 7/PK/2008
b        Jalan Kramat III/10
c         tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata “atau”, “tiap”, dan  “ataupun.”
Misalnya:
  1. dikirimkan lewat darat/laut     à                                ‘dikirimkan lewat darat atau lewat.                                                                 laut’
  2. harganya Rp1.500,00/lembar. à                                ‘harganya Rp1.500,00 tiap                                                                              lembar’
  3. tindakan penipuan dan/atau penganiayaan.à                        ‘tindakan penipuan dan                                                                                  penganiayaan, tindakan                                                                                  penipuan, ataupun                                                                                           tindakan penganiayaan’
Catatan:
Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
Dari gambar di atas tampak tidak ada yang salah dalam penulisannya. Akan tetapi bila kita lihat lagi dengan saksama tanda garis miring yang diapit oleh dua kata itu. Penulisannya memakai spasi, seharusnya baik kata yang mendahulu tanda garis miring maupun kata yang sebelum tanda garis miring, keduanya tidak menggunakan spasi. Berikut  usulan perbaikan: “cash/kredit” disamping itu kata “kerdit” di atas seharusnya ditulis “credit” yang merupakan bentuk pasangan kata dari “cash” yang merupakan kata bahasa asing. Karena penulisan “kredit” diatas adalah kata bahasa Indonesia.
3.3.1.3 Tanda Kurung (( ))
1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
a         Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
b        Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan: Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:
  • Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya:
a         Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
b        Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam       teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
a         Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
b        Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:
a         Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
b        Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:
Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah. Misalnya:
  • Kemarin kakak saya membeli:
1)          buku,
2)          pensil, dan tas sekolah.
Samahalnya dengan tanda garis miring, tanda kurung pun bila mengapit suatu kata. Menempatkannya tidak memakai spasi baik diawal sebelum kata, maupun sesudah kata yang diapit. Dari gambar di atas, jelas tanda kurung yang mengapit kata “siang-siang” di atas itu, tidak tepat. Sebaiknya tanda kurung itu tidak menggunakan spasi baik sebelum kata “siang” maupun sesudah kata “siang” yang diapitnya. Misalnya: (siang-siang)


BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
       Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik tulisan maupun lisan. Haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain warga negaranya. Kita, sebagai bangsa Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

4.2 Saran
      Penggunan bahasa baku memang seharusnya kita terapkan, mengingat bahasa baku adalah bahasa Indonesia yang benar. Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah penulisan. Untuk itu sabaiknya kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati tersebut. Saran saya kepada pembaca setiap kali pembaca ingin menulis. Ada baiknya pembaca memahami dulu kaidah-kaidah penulisan, salah-satunya yaitu penggunaan kata yang baku dan penggunaan EYD. Agar tulisannya sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati penggunaan kata dan tanda bacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk (2003): Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, PT Balai Pustaka.
Tarigan, Henru Guntur. 1992. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Djago dan Lilis Siti Sulistyaningsih. 1997. Analasis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Sadikin, Muhammad. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bekasi Jawa Barat: Laskar Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. Jakarta: Pusat bahasa. 2008
https://bahasakublog.wordpress.com/2012/09/10/analisis-kesalahan-penggunaan-kata-dan-tanda-baca-dalam-spanduk-dan-papan-nama-di-wilayah-tajur-bogor/

Komentar

humaniora mengatakan…
Terimakasih telah menulis hal ini.

Postingan populer dari blog ini

Budaya Titip Absen Mahasiswa dan Solusi Presensi Online

Sistem Informasi Manajemen Studi Kasus “GO-Jek”